Jumat, 18 Juni 2010

Candi Muara Takus

Candi muara takus
tempat Wisata ini lumayan sangat menarik sedikit cerita tentang candi muaraa takus nih saya contek dari tulisan temen nih
Di kabupaten yang luasnya lebih 28.291 kilometer persegi itu, terdapat berbagai objek wisata. Seperti kompleks percandian Muara Takus di kecamatan Tigabelas Koto Kampar, taman rekreasi Stanum, jembatan Rantau Barangin, hutan suaka margasatwa, dan lainnya. Selama ini memang kurang dipublikasikan, belum terjamah secara sungguh-sungguh dan potensial. Candi Muara Takus, misalnya, sudah mulai dikenal turis asing namun belum didukung dengan promosi dan saran transportasi ke sana.


Melihat letak daerahnya, Kampar memang sulit menjadi gerbang wisata sendiri. Namun bisa dikembangkan sebagai bagian atau paket wisata dari kawasan lain. Misalnya paket wisata dari Sumatera Barat. Turis yang masuk lewat Padang dan Bukittinggi bisa diteruskan ke mari, sebelum ke Pekanbaru dan kembali ke Singapura atau Malaysia melalui pelabuhan Dumai. Atau paket wisata yang masuk melalui gerbang Pekanbaru yang sejak lama menjadi Bandara Bebas Visa (Gateway) untuk turis asing, diteruskan ke mari, sebelum ke Padang dan Bukittinggi atau ke Medan.

Bagaimana selama ini? sudah beberapa banyak turis yang mampir ke mari, terutama turis asing? “Belum, belum lagi tercatat. Ada, sih, ada. Kami sedang mempelajari bagaimana dan apa yang perlu diprioritaskan untuk pembangunan industri wisata disini” kata seorang penjabat Pemda Kampar. “Barang kali kelak setelah bangunan raksasa untuk PLTA koto Panjang siap, pariwisata bisa jadi andalan Kampar,” kata sebagian objek rekreasi tersebut. “ Tiap minggu lebih 200 orang yang membeli karcis,” kata penjaga pintu masuk objek wisata itu.

Objek wisata yang disebut stanum itu, sebenarnya sebuah bendungan iritasi yang tak begitu besar. Airnya untuk irigasi persawahan sekitar Kota Bangkinang. Namun kolam bendungan itu airnya begitu melimpah ruah, jernih serta sangat segar. Inilah yang dimamfaatkan jadi tempat mandi dan berenang. Mulanya tidak terurus dan dilakukan oleh siapa saja yang suka. Namun belakangan ini mulai ditangani oleh Pemda Kampar. Untuk masuk ke bendungan itu sekarang harus membayar Rp 100 per orang.

Sebagai imbalan, kawasan bendungan itu diberi berpagar. Di sana disediakan beberapa warung penjual minumman, dan tempat penyewaan alat-alat berenang bagi kanak-kanak. Di bagian atas bendung terdapat kawasan hutan lindungan yang rimbun dengan pepohonan akasia. Di sana disediakan bangku-bangku untuk istirahat. Bahkan yang mau tiduran boleh menyewa tikar dari para bocah yang menawarkannya. Sederhana “Tapi dari pada sumpek di rumah, lebih baik santai di sini,” kata seorang ayah, pegawai negeri dari Pekanbaru memberi alasan.

Memang, terbesar tempat rekreasi ini adalah orang Pekanbaru. Ini terutama disebabkan ibukota propinsi Riau yang luasnya hanya 63 km persegi dengan penduduk lebih 200 ribu jiwa itu, sudah jadi kota yang sesak dan sumpek. Sekitar 3.422 jiwa per km kepadatannya. Nyaris tak ada satupun taman dan tempat rekreasi yang layak di kota minyak ini, kecuali jembatan Siak dan sungainya yang kumuh itu. “Kalau ke jembatan saban Minggu, bisa-bisa terjun ke sungai,” kelakar seorang warga Pekanbaru.

Maka, tiap Minggu atau hari libur, bertaburan warga kota ini mencari tempat segar keluar kota. Bagi yang punya mobil dan berkantong tebal, mereka merayap sampai ke Bukittinggi atau objek rekreasi lain di Sumbar. Tetapi bagi yang berkantong tipis dan mengandalkan kendaraan umum 300 km perjalanan ke luar kota, terang terlalu jauh dan mahal. Makanya, mereka memilih Bangkinang yang hanya 60 km dari Pekanbaru untuk tempat istirahat. Ke Stanum, atau ke Rantau Berangin, makan-makan sembari menikmati Sungai Kampar yang menderu-deru arusnya itu.

Sayang memang, kompleks percandian Muara Takus yang sekitar 100 km dari Pekanbaru atau 40 km dari Bengkinang itu belum punya sarana jalan yang cukup baik untuk para wisatawan, dan agak jauh dari jalur jalan besar, sehingga belum bisa dikembangkan sebagaimana orang memamfaatkan objek wisata Borobudur. Meskipun komplek percandian itu sudah lama dipugar, daya tariknya barulah untuk kalangan arkeologis saja, belum mengoda masyarakat umum.

Demikian juga beberapa kawasan hutan perawan yang dijadikan hutan suaka margasatwa. Baru ada SK-nya, tetapi belum menjadi kawasan yang bisa dinikmati isi dan keragaman satwa yang ada di dalamnya.
 gw mejeng lag di muara takus nih....
 wkwkwkwk adaa gayenya .....
gw numpang muka juga ye.....
heheheh ada turis kesasar...
lagi jaga biasa..nih ...
eh foto turis ada lg...
nah nih dia wajah imut mami aqu yaaang pp sayaaaaaaaang bngetttttttttttttttttt ma mm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan cuma lihat n baca coment juga dong say